CONTOH SKRIPSI SEJARAH BAB III & V

blogger templates
BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Metode kualitatif menghendaki adanya pemaparan kata-kata atau kalimat dan tidak menggunakan angka-angka statistik.
Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Untuk itu peneliti harus turun ke lapangan dan berada disana dalam waktu yang cukup lama. Apa yang dilakukan oleh peniliti, kualitatif banyak persamaannya dengan detektif atau mata-mata, penjelajah, atau jurnalis yang juga terjun ke lapangan untuk mempelajari manusia tertentu dengan mengumpulkan data yang banyak. Tentu saja apa yang dilakukan ilmuan lebih cermat, formal dan canggih.
Peneliti mengamati kelakuan yang ada namun harus meninjaunya secara lebih mendalam untuk memahami maknanya, yang mempersulit pemahaman itu ialah bahwa pengetahuan itu selain ada yang bersifat ekplisit, yang nyata, ada pula yang tacit  yang sukar diamati. Pengetahuan ekplisit dapat dikomunikasikan melalui bahasa akan tetapi pengetahuan tacit, walaupun diketahui oleh orang dalam bahkan dianggap biasa dan wajar oleh yang bersangkutan tidak dapat diterangkan atau diuraikan. Peneliti hanya dapat mengetahuinya berkat tafsiran atau inferensi berada cukup lama dikalangan orang yang diselidikinya (S. Nasution, 1988: 5-8).
B.     Tempat dan Waktu Penelitian
1.      Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Hadiluwih, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan.
2.      Waktu Penelitian
Penelitian ini memakan waktu 3 bulan dan terbagi tiga tahap utama yaitu: tahap persiapan penelitian, tahap operasional, dan tahap penyusunan laporan. Guna mendukung efektifitas kerja, kegiatan penelitian dipecah dalam beberapa agenda kerja sebagai berikut:
Tabel Waktu Penelitian
No
Kegiatan
Bulan/
Tahun
Minggu Ke
1
2
3
4
  1.
Tahap persiapan penelitian
Mei
 2014

2.       

Tahap opersional


Juni
2014
Juli
2014







3.       
Tahap penyusunan laporan

Agustus
2014




a.    Tahap Persiapan Penelitian
Tahap ini berjalan selama satu bulan. Aktivitas pokok pada tahap ini berupa studi pendahuluan, berupa penjajagan lapangan (field study) terhadap latar penelitian, penelusuran literature yang dianggap memiliki relevansi dengan studi serta konfirmasi personal untuk pertimbangan keterlaksanaan (flecibility studi). Termasuk dalam tahap ini adalah proses penyusunan rancangan penelitian yang meliputi garis besar metode yang meliputi penetapan fokus permasalahan, kajian kepustakaan, rancangan teknik dan instrumentasi penelitian, pengecekan keabsahan data serta rancangan prosedur analisis data.
b.   Tahap Operasional
Tahap ini memakan waktu selama satu bulan. Tahap ini merupakan  proses inti penelitian. Peneliti memotret latar penelitian sesuai dengan perangkat metodologi pengumpulan data yang disiapkan. Pada tahap initerdapat dua agenda kerja utama yaitu pengumpulan data, dan bersamaan dengan hal itu dilakukan analisis data. Bersama dengan pembimbing penelitian pada tahap ini pula mulai disusun kerangka laporan akhir hasil penelitian.
c.    Tahap Penyusunan  Laporan
Berdasarkan hasil analisis data dan konsultasi kerangka laporan akhir dengan pembimbing laporan hasil studi ditulis. Aktivitas utama, selain penyusunan laporan adalah evaluasi akhir atas hasil studi.
C.    Subjek dan Objek Penelitian
1.  Subjek Penelitian
Subjek penelitian terdiri dari jaringan informan yang diwawancarai dan diobservasi. Jaringan itu meliputi pihak-pihak yang dianggap berkompeten atau setidaknya bersinggungan baik langsung maupun tidak langsung dengan “Wayang Kulit“ di lingkungan masyarakat Desa Hadiluwih, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan.
Subjek penelitian dalam penelitian ini antara lain: Bapak Basuki, selaku Kepala Desa Hadiluwih; Bapak Maulani, selaku tokoh masyarakat sebagai informan kunci; Bapak Sidik, selaku kepala urusan Desa Hadiluwih; Bapak Tuwadi selaku dhalang, dan beberapa masyarakat Desa Hadiluwih.
2.      Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah “Pementasan wayang kulit“ yang digali dari informan di Desa Hadiluwih, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan.
D.    Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1.    Teknik Pengumpulan Data
Untuk memilih dan menyusun alat  pengumpulan data , perlu ketepatan  dalam suatu penelitian sehingga memungkinkan dicapainya pemecahan masalah secara valid dan realibel yang akhirnya dapat dirumuskan generalisasi yang obyektif. Pada penelitian Pelestarian Nilai-nilai Budaya Melalui Pementasan Wayang Kulit di Desa Hadiluwih Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan sumber data diperoleh dari sumber primer dan sumber sekunder, adapun penjelasannya yaitu sebagai berikut:
a.    Sumber Primer
Sumber primer tersebut merupakan sumber yang diperoleh secara langsung dari sumber asli atau pelaku. Sumber ini diperoleh dari wawancara dan observasi terhadap pihak terkait yaitu pelaku pementasan Wayang Kulit.
b.    Sumber Sekunder
Sumber sekunder adalah data penelitian yang berupa media cetak. Media tersebut di antaranya dokumen, arsip dan buku-buku yang relevan.
2.    Instrumen Pengumpulan Data
Berkaitan dengan sumber data penelitian itu, untuk dapat memenuhi rancangan awal yang telah ditetapkan, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.       Lembar Observasi
Observasi adalah suatu cara penelitian yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan terhadap objek baik secara langsung maupun tidak langsung. Observasi atau disebut juga dengan pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan segala indra. Alat yang digunakan dalam penelitian lembar observasi karna setiap pengamatan selalu dicatat dengan tepat.
b.      Pedoman Wawancara
   Agar dalam pengumpulan data lancar dan sistematis, peneliti membuat pedoman wawancara yang ada hubungannya dengan penelitian . Pedoman wawancara ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan kepada informan.
Wawancara merupakan cara yang umum dan ampuh untuk memahami suatu keinginan/kebutuhan. Menurut Margono (dalam Zuriah, 2006: 180), wawancara dapat dibedakan dalam 2 jenis, yaitu:
1)   Wawancara berstruktur
Dalam wawancara berstruktur, pertanyaan dan alternatif jawaban yang diberikan kepada yang diwawancarai telah ditetapkan terlebih dulu. Keuntungan pendekatan ini adalah bahwa pendekatan ini telah dibakukan.
2)   Wawancara tak terstruktur
Wawancara ini lebih bersifat informal. Pertanyaan-pertanyaan tentang pandangan hidup, sikap, keyakinan subjek, atau tentang keterangan lainnya dapat diajukan secara bebas kepada subjek. Wawancara seperti ini bersifat luwes dan biasanya direncanakan agar sesuai dengan subjek dan suasana pada waktu wawancara dilaksanakan.
E.       Keabsahan Data
Data yang telah terkumpul seluruhnya dikaji ulang oleh peneliti dengan pengertian peneliti sebagai instrumen utamanya. Dalam penelitian ini, data yang telah terkumpul diperiksa keabsahannya dengan menggunakan beberapa teknik, yaitu:
1.    Pertama teknik triangulasi data, yaitu teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan sesuatu lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding.
2.    Kedua, cheking data (pemeriksaan) oleh informan kembali. Ketika data telah tersusun, peneliti kembali ke lapangan dan menunjukkan display data kepada informan. Dari hasil pemeriksaan kembali oleh informan, semua data yang peneliti tunjukkan telah mendapatkan persetujuan.
3.    Ketiga, member check dan konsultasi ahli. Peneliti menyerahkan data kepada ahli (pembimbing) untuk mendapatkan saran-saran yang diperlukan guna penyempurnaan.
F.       Teknik Analisis Data
Setelah semua data terkumpul maka kegiatan selanjutnya adalah melakukan analisa data dengan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1.         Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data peneliti langsung memasuki tempat penelitian yaitu di Desa Hadiluwih Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan. Peneliti mengambil data dari orang-orang yang sekiranya tahu tentang Wayang Kulit. Peneliti mewawancarai narasumber dan langsung mengambil dokumen disertai dengan foto-foto wawancara guna memperkuat data yang telah diteliti.
2.         Reduksi Data
Semua data yang diperoleh selama penelitian di lapangan selanjutnya diseleksi dan difokuskan kemudian disusun dalam bentuk sederhana. Untuk memperoleh kebenaran data, maka kegiatan selanjutnya adalah melakukan review informan untuk dikaji ulang dengan maksud untuk memperoleh data yang sahih dan persetujuan.
3.      Sajian Data
Setelah kegiatan mereduksi data selesai maka agar dapat memahami semua peristiwa selama penelitian, kemudian melaksanakan kegiatan penyajian data berupa paparan singkat nilai-nilai pada kebudayaan Wayang Kulit.
4.      Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Berdasarkan reduksi data dan sajian data maka kegiatan selanjutnya dapat dilakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi dari data-data tersebut dengan maksud untuk membantu atau mempermudah proses penelitian.



BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.    Deskripsi data
1.      Gambaran Umum Desa Hadiluwih Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Desa Hadiluwih adalah sebuah desa yang berada di Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan, Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Desa Hadiluwih terdiri dari enam dusun, dusun tersebut adalah Gareng Kidul, Gareng Lor, Nglebeng, Jangkrik, Setriyan, dan Bandarangin, dan kantor Desa Hadiluwih terletak di Dusun Gareng Kidul.
Tabel 1
Batas-batas Wilayah Desa Hadiluwih tahun 2014
NO
Batas
Desa
Kecamatan
1.
Sebelah Utara
Tanjung puro
Ngadirojo
2.
Sebelah Selatan
Hadiwarno
Ngadirojo
3.
Sebelah Timur
Hadiwarno
Ngadirojo
4.
Sebelah Barat
Sidomulyo
Ngadirojo
    Sumber: Data monografi Desa Hadiluwih
a.    Kondisi geografi
Berdasarkan letak geografisnya Desa Hadiluwih berada di wilayah Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan. Desa Hadiluwih terdiri dari dataran rendah dan sebagian dataran tinggi dengan luas wilayahnya 101,27 ha/ m2, jarak dari pusat pemerintahan, yaitu kantor Kecamatan Ngadirojo berjarak km, dengan pusat kota Kabupaten Pacitan berjarak 45 km.
b.    Jumlah penduduk
Tabel 2
Jumlah penduduk Desa Hadiluwih tahun 2014
No
Uraian
Keterangan
1.
Jumlah laki-laki
1.148  orang
2.
Jumlah perempuan
1.215  orang
3.
Jumlah total
2.363  orang
4.
Jumlah kepala keluarga
622  KK
Sumber : Data monografi Desa Hadiluwih
c.    Budaya lokal/tradisi
Bagi masyarakat Desa Hadiluwih kebudayaan tradisional merupakan produk rakyat yang sangat jelas gaya budaya dan ciri-cirinya lebih bersifat umum yang memiliki fungsi ritual. Di Desa Hadiluwih, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan terdapat beberapa tradisi atau budaya lokal seperti: Bersih desa, Wayang kulit, MegenganKhataman Qur’an, Pengajian, Ruwatan, Sendra tari, Krawitan dan lain-lain.









d.   Tingkat pendidikan penduduk
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan bangsa dan negara, oleh karena itu pendidikan adalah hal yang sangat perlu diperhatikan dan merupakan tanggung jawab bersama. Adapun tingkat pendidikan masyarakat Desa Hadiluwih dapat di ketahui dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3
Tingkat Pendidikan penduduk Desa Hadiluwih tahun 2014
No
Tingkatan pendidikan
L
(orang)
P
(orang)
1.
Usia 3-6 tahun  yang belum masuk TK
4
6
2.
Usia 3-6 tahun yang sedang TK/play group
41
40
3.
Usia 7-18 tahun yang tidak pernah sekolah
-
-
4.
Usia  7-18 tahun yang sedang sekolah
135
119
5.
Usia 18-56  tahun tidak pernah sekolah
4
5
6.
Usia 18-56  thn pernah  SD tidak tamat
10
12
7.
Tamat SD/sederajat
244
279
8.
Jumlah usia 18-56 tahun tidak tamat SLTP
80
106
9.
Jumlah usia 18-56 tahun tidak tamat SLTA
132
172
10.
Tamat SMP/sederajat
112
118
11.
Tamat SMA/sederajat
173
150
12.
Tamat D-1
-
1
13.
Tamat D-2
35
36
14.
Tamat D-3
11
6
15.
Tamat S-1
59
42
16.
Tamat S-2
2
1
17.
Tamat S-3
-
-
18.
Tamat SLB A (tuna netra)
-
-
19.
Tamat SLB B (tuna rungu wicara)
-
-
20.
Tamat SLB C (tuna grahita/ mental)
-
-
21.
Tamat SLB D (tuna daksa/ fisik)
-
-
22.
Tamat SLB E (tuna laras/ anak nakal)
-
-
23.
Tamat SLB G (tuna ganda)
-
-

Jumlah
1.148
1.215

Jumlah Total
2.363
Sumber : Data monografi Desa Hadiluwih

e.    Mata pencaharian penduduk Desa Hadiluwih
Mata pencaharian adalah segala usaha yang di lakukan oleh masyarakat Desa Hadiluwih secara rutin untuk mendapatkan hasil yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Adapun mata pencaharian penduduk Desa Hadiluwih adalah sebagai berikut:
Tabel 4
Mata pencaharian pokok  masyarakat Desa Hadiluwih tahun 2014
Jenis Pekerjaan
Laki-laki
(Orang)
Perempuan
(Orang)
1.      Petani
285
304
2.      Buruh tani
55
15
3.      Buruh migran perempuan
-
-
4.      Buruh migran laki-laki
-
-
5.      Pegawai Negeri Sipil
65
60
6.      Pengrajin industri rumah tangga
-
-
7.      Pedagang keliling
5
4
8.      Peternak
-
-
9.      Nelayan
-
-
10.  Montir
3
-
11.  Dokter swasta
-
-
12.  Bidan swasta
-
-
13.  Perawat swasta
-
-
14.  Pembantu rumah tangga
-
6
15.  TNI
2
-
16.  POLRI
2
-
17.  Pensiunan/TNI
1
-
18.  Pengusaha kecil dan menengah
-
-
19.  Pengacara
-
-
20.  Notaris
-
-
21.  Dukun Kampung Terlatih
-
-
22.  Jaspengobatan alternatif
1
-
23.  Dosen swasta
-
-
24.  Pengusahbesar
-
-
25.  Arsitektur
-
-
26.  Seniman/Artis
-
-
27.  Karyawan perusahaan swasta
95
72
28.  Karyawan perusahaan pemerintah
13
2
29.  Pensiunan PNS
22
8
30.  Pensiunan TNI/POLRI
-
-
Jumlah
1.148
1.215
Jumlah Total Penduduk                                              ............................. orang
2.363

f.       Prasarana dan sarana transportasi
Tabel 5
Prasarana Transportasi Darat Desa Hadiluwih tahun 2014
Jenis Sarana dan Prasarana
Baik
(km atau unit)
Rusak
(km atau unit)
Jalan Desa/Kelurahan
       Panjang jalan aspal
0,963
4,516
       Panjang jalan makadam
1,600
-
       Panjang jalan tanah
5,659
2,661
       Panjang jalan sirtu
-
-
Panjang jalan konblok/semen/ beton
2,651
1,459
Jumlah
10,873
9,689
Jumlah Total Panjang Jalan
20,512
Sumber : Data monografi Desa Hadiluwih









g.      Luas wilayah menurut penggunaannya
Desa Hadiluwih mempunyai berbagai jenis tanah, jenis tanah tersebut meliputi tanah sawah, tanah kering, tanah perkebunan, dan tanah fasilitas umum. Luas tanah dan jenis tanah dapat dijelaskan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 6
Luas wilayah Desa Hadiluwih tahun 2014
Tanah sawah

Jenis Sawah
Luas (Ha)
1.    Sawah irigasi teknis
9,00 ha
2.    Sawah irigasi ½ teknis
24,00 ha
3.    Sawah tadah hujan
16,10 ha
4.    Sawah pasang surut
-
5.     

Total luas
49,10 ha
  Sumber : Data monografi Desa Hadiluwih

Tanah kering

Jenis Tanah Kering
Luas (Ha)
1.    Tegal / Ladang
6,05 ha
2.    Pemukiman
50,92 ha
3.    Pekarangan
-
4.     

Total luas
56,96 ha
Sumber: Data monografi Desa Hadiluwih
Tanah perkebunan

Jenis Perkebunan
Luas (Ha)
1.    Tanah Perkebunan Rakyat
78,00 ha
2.    Tanah Perkebunan Negara
-
3.    Tanah Perkebunan Swasta
-
4.    Tanah Perkebunan Perorangan
-
5.     

Total luas
78,00 ha
Sumber: Data monografi Desa Hadiluwih

Tanah fasilitas umum

Jenis Fasilitas Umum
Luas (Ha)
1.    Kas Desa/Kelurahan (a+b+c+d) :
14,35 ha
a.    Tanah bengkok
9,63 ha
b.    Tanah titi sara
-
c.    Kebun desa
-
d.    Sawah desa
4,72 ha
2.    Lapangan olahraga
0,50 ha
3.    Perkantoran pemerintah
0,50 ha
4.    Ruang publik/taman kota
-
5.    Tempat pemakaman desa/umum
0,50 ha
6.    Tempat pembuangan sampah
-
7.    Bangunan sekolah/perguruan tinggi
0,25 ha
8.    Pertokoan
0,25 ha
9.    Fasilitas pasar
-
10.  Terminal
-
11.  Jalan
3,04 ha
12.  Daerah tangkapan air
-
13.  Usaha perikanan
-
14.  Sutet/aliran listrik tegangan tinggi
-


Total luas
19,39 ha
                                                            Sumber: Data monografi Desa Hadiluwih
h.      Peternakaan
Masyarakat Desa Hadiluwih memiliki berbagai macam jenis hewan ternak, jenis hewan tersebut dapat di lihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel 7
Jenis Populasi Ternak Desa Hadiluwih tahun 2014
Jenis Ternak
Jumlah Pemilik
(Orang)
Perkiraan Jumlah
Populasi (Ekor)
1.    Sapi
83
105
2.    Kerbau
-
-
3.    Babi
-
-
4.    Ayam kampung
157
462
5.    Jenis ayam broiler
-
-
6.    Bebek
-
-
7.    Kuda
-
-
8.    Kambing
112
303
                                                            Sumber: Data monografi Desa Hadiluwih

i.      Partisipasi Politik

Tabel 8
Tingkat Partisipasi Politik Desa Hadiluwih tahun 2014
Jenis Pemilu
Yang Sudah Punya Hak Pilih
Yang Memanfaatkan Hak Pilih
Laki-Laki
(Orang)
Perempuan
(Orang)
Laki-Laki
(Orang)
Perempuan
(Orang)
1.    Pemilihan Kepala Desa
928
875
407
592
2.    Pemilihan Bupati
797
861
575
596
3.    Pemilihan Gubernur
803
873
567
654
4.    Pemilihan Parlemen




5.    Pemilihan Presiden
807
922
627
703
Sumber: Data monografi Desa Hadiluwih

j.      Lembaga Ekonomi
Tabel 9
Lembaga Ekonomi dan Unit Usaha Desa Hadiluwih tahun 2014

Jenis Lembaga Ekonomi
Jumlah
/Unit
Jumlah Kegiatan
Jumlahpengurudan Anggota
1.    Koperasi Unit Desa
-
-
-
2.    Koperasi Simpan Pinjam
1
2
10
3.    Kelompok Simpan Pinjam
29
1
-
4.    Bumdes
-
-
-
Jumlah
30
3
10
                                                            Sumber: Data monografi Desa Hadiluwih
k.    Organisasi kemasyarakatan
                                                 1.         LKMD
Desa Hadiluwih memiliki Lembaga Ketahanan Masyarakat  Desa (LKMD) yang berfungsi sebagai lembaga masyarakat dan merupakan tempat untuk berpartisipasi masyarakat dalam keikutsertaannya diberbagai bidang pembagunan.
                                                 2.         BPD
Badan Perwakilan Desa (BPD) atau yang disebut dengan nama lain yang berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat peraturan desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat serta melaksanakan pengawasan terhadap penyelengaraan pemerintahan Desa Hadiluwih. BPD dibentuk sebagai akibat dari dilaksanakannya otonomi daerah. DDesa Hadiluwih. Anggota BPD terdiri dari 9 orang yang tugasnya adalah mengawasi jalannya pembagunan, mitra kerja petinggi, dan sebagai penyalur aspirasi masyarakat desa Hadiluwih. 
                                                 3.         PKK
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) adalah gerakan pembagunan masyarakat yang tumbuh dari bawah.  Wanita sebagai motor pergerakannya untuk membangun keluarga sebagai unit atau kelompok terkecil dalam masyarakat guna memudahkan menghimpun, mengarahkan dan membina keluarga sehingga terwujud keluarga sejahtera.
Adapun jenis kegiatan yang dilaksanakan adalah arisan, simpan pinjam, pengajian, posyandu  dan sebagainya.
                                                 4.         Karang Taruna
Karang Taruna adalah lembaga yang memberi wadah bagi pemuda-pemudi untuk berapresiasi dalam kegiatan yang positif antara lain olah raga, bakti sosial dan sebagainya.
Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa Desa Hadiluwih memiliki lembaga dan organisasi masyarakat yang sudah berfungsi sebagaimana mestinya bahkan mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari  berbagai kegiatan yang telah dilaksanakannya dalam mewujudkan pembagunan infrastruktur di Desa Hadiluwih.
2.      Pengertian Seni Budaya
Seni adalah perwujudan kekaguman dan sekaligus penghargaan manusia terhadap keindahan dan nilai-nilai budaya yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Seni dapat pula dikatakan sebagai bukti keunggulan manusia di antara makluk-makluk lain ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, lewat seni manusia mencari identitas, identitas dirinya dalam usaha mencari jawab atas pertanyaan: “siapa dia, siapa engkau, dan siapa aku’’? lewat seni pula manusia akan meraih ’’the ultimate reality” atau hakekat kenyataan.
Seni seperti yang kita ketahui, diciptakan orang bukan sekedar untuk mengabadikan keindahan yang bersifat indrawi, melainkan juga untuk menyampaikan gagasan atau ide-ide dan nilai-nilai yang menjadi dambaan setiap manusia. Seni bukan hanya memberikan kepuasan atau kenikmatan bagi penanggap atau konsumen saja, melainkan juga merupakan kekayaan yang tinggi nilainya, sebab seni dapat memperluas budi nurani manusia, karena disamping dasar estetika, dalam seni terdapat dasar etik atau moral yang diperjuangkan, maka setiap seni itu indah, dan setiap yang indah selalu mengandung kebaikan dan kebenaran (Suryadi, 1990: 24)
B.     Pembahasan
1.      Perkembangan seni Wayang kulit di Desa Hadiluwih Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Sesuai penjelasan dari Bapak Sidik dalam wawancara pada tanggal 28 Juni 2014 selaku kepala urusan Desa Hadiluwih, Wayang merupakan suatu karya seni yang bisa dibilang mampu mengikuti perkembangan jaman, memang ada pergeseran dalam perjalanan wayang ini seiring dengan lajunya arus modernisasi. Wayang saat ini tidaklah sama dengan wayang masa lampau, dan wayang masa depan tidaklah sama dengan wayang masa sekarang, akan tetapi setiap perubahannya tidak mempengaruhi jati dirinya. Kesenian wayang kulit merupakan sebuah tontonan yang sangat khas sekaligus santun bagi masyarakat Indonesia umumnya dan masyarakat Desa Hadiluwih khususnya dibandingkan dengan tontonan-tontonan lain. Contoh sederhana, jarang kita dengar ada tawuran ataupun perkelahian dalam pagelaran wayang kulit. Hal ini disebabkan wayang memiliki landasan yang kokoh, yaitu bamot, bamong, dan hamemangkat. Landasan itu menyebabkan memiliki daya tahan dan daya kembang sepanjang zaman, disamping itu juga adanya kebijaksanaan pengembangan wayang yang telah digariskan dengan strategi trikara dan pancagatra.
Banyak budayawan yang mengatakan bahwa kesenian wayang kulit merupakan suatu kebudayaan yang terus berkembang dan setia pada misi dan fungsinya yang diembannya, yaitu sebagai sarana hiburan sekaligus menyampaikan pesan-pesan wayang yang berfungsi sebagai sarana penerangan pendidikan dan komunikasi masa yang sangat akrap dengan masyarakat pendukungnya. Kesenian wayang juga memiliki tujuan untuk membangun kehidupan berbangsa dan bernegara menuju terwujudnya Negara Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan pancasila.
2.      Makna dan simbolisme pementasan wayang kulit di Desa Hadiluwih Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Sesuai penjelasan dari Bapak Tias Singgih dalam wawancara pada tanggal 02 Juli 2014 selaku tokoh masyarakat Desa Hadiluwih, dunia pewayangan mengandung ajaran-ajaran filsafat dan simbolisme dalam kehidupan manusia, simbolisme tersebut terdapat pada perwujudan bentuk-bentuk wayang. Hasil karya cipta yang sarat akan simbolisme terdapat pada beberapa hal dibawah ini, yaitu:
a.       Bentuk gunungan atau kayon
Gunungan atau kayon berasal dari Arab khayyu, yang mempunyai arti hidup, dan melambangkan bentuk kehidupan yang terdapat didalam jagad raya (dunia). Didalamnya terdapat berbagai macam makhluk antara lain: pepohonan, yang diartikan sebagai pohon kalpataru yang mempunyai makna pohon hidup, sumber kehidupan dan sumber kebahagiaan. Gambar binatang dan bermacam unggas merupakan gambaran dari berbagai macam tingkat kehidupan di dunia. Pintu gerbang yang diapit oleh dua raksasa melambangkan pintu masuk ke dalam kebahagiaan abadi dan untuk memasukinya harus melalui kedua penjaga (raksasa) sebagai lambang nafsu indera. Gunungan yang berbentuk segi lima menggambarkan lima panca indera yaitu, mata, hidung, telinga, mulut dan yang semuanya mengarah pada satu tujuan ke Tuhan yang Maha Esa dengan simbol ujungnya yang lancip mengarah keatas.
b.      Kelir, blencong, gedebog (pohon pisang).
Kelir diartikan sebagai jagad raya (dunia), dimana semua kehidupan berada didalamnya. Seorang dhalang yang menggunakan kelir yang terbentang lebar menggambarkan bahwa dunia ini sebagai sesuatu yang begitu luasnya sehingga dhalang dengan bebas dalam memainkan wayang tersebut. Blencong melambangkan cahaya matahari, dan gedebog (pohon pisang) lambang dari bumi tempat berpijak untuk kehidupan.
c.       Punakawan
Kehadiran punakawan di dalam tengah-tengah pementasan wayang kulit memberikan arti tersendiri, selain sebagai selingan juga memberikan pesan-pesan yang penting. Punakawan yang terdiri dari Semar, Gareng, Petruk dan Bagong berperan sebagai seorang pamong bagi para kesatria yang selalu memberi nasehat ketika ada yang melakukan kesalahan, meskipun para punakawan itu kedudukannya sebagi pamong tetapi kesatria negara tidak menganggap rendah pada mereka.
d.      Makna simbolisme dalam pewayangan
Tokoh pemula cerita-cerita yang terdapat pada wayang banyak mengandung tuntunan batin bagaimana orang harus bertingkah laku karena suri tauladan yang diungkapkan pada beberapa lakon atau episode. Cerita-cerita wayang tersebut ada yang diambil dari buku pokoknya (Ramayana, Mahabarata) yang sering disebut pakem, ada juga yang bersifat “karangan” atau ciptaan seseorang yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi zaman, yang bermaksud menanamkan nilai-nilai budi pekerti luhur dan “kawruh” atau pengetahuan kehidupan yang bersifat ketuhanan mempunyai arti ngilmu, seperti ilmu pengetahuan sangkan paraning dumadi (asal-usul manusia).
Cerita yang berkaitan dengan kawruh adalah lakon Dewa Ruci Begawan Ciptaning. Garis besar lakon Dewa Ruci menceritakan tokoh Pandawa yang bernama Bima, disuruh oleh gurunya untuk mencari air hidup (tirta pawitrasasari). Pertama Bima memasuki goa Durangga berbentuk sumur dan dapat membunuh ular naga. Guru Durangga melambangkan kegelapan, ketamakan, kepalsuan, sedangkan ular naga melambangkan kejahatan dan mementingkan diri sendiri, artinya Bima disuruh untuk melakukan intropeksi diri. Kedua Bima berada di pucuk gunung Candradimuka atau Wukir Rebabu, dapat mengalahkan dua raksasa bernama Rukmuka dan Rukmakala penjelmaan Bathara Indra dan Bathara Bayu. Ini menunjukkan bahwa menunjukkan naik ke puncak gunung Candradimuka adalah pelambang keluhuran watak, kejujuran dan susila, sedangkan keduaraksasa melambangkan nafsu insani, kebodohan atau kepalsuan. Jadi dapat dimaksudkannafsu yang ada dalam diri pribadi. Sesuai penjelasan Bapak Tuwadi dalam wawancara pada tanggal 30 Juni 2014 selaku dhalang yang berdomisili di Dusun Nglebeng Desa Hadiluwih.
3.    Upaya pelestarian masyarakat Desa Hadiluwih Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan terhadap kesenian wayang kulit
Masyarakat Desa Hadiluwih sampai sekarang masih mempertahankan kebudayaan tradisional Jawa salah satunya adalah kebudayaan wayang kulit, hal tersebut dibuktikan dengan adanya masyarakat yang banyak menanggap kesenian wayang kulit dalam suatu acara pernikahan maupun khitanan. Dalam pagelaran wayang kulit banyak membawa manfaat yang sangat besar bagi yang menanggap maupun masyarakat sekitar yang melihat, dampak dan manfaatnya adalah terjalinya silaturohmi antar sesama manusia. Menurut penjelasan dari Bapak Maulani (wawancara pada tanggal 04 Juli 2014).
Masyarakat Desa Hadiluwih sangat mempertahankan kesenian tradisional jawa yang selama ini semakin bergeser dikarenakan masuknya budaya-budaya baru yang modern yang selalu bermunculan seakan-akan meracuni budaya sebelumnya yang sudah berkembang, Masyarakat Desa Hadiluwih masih mempertahankan kebudayaan tradisional wayang kulit di buktian dengan adanya seorang dhalang di Desa Hadiluwih sendiri dan tokoh-tokoh pengiring gamelan juga masih bertahan dan eksis untuk bisa menampilkan yang terbaik bagi pengemar dan untuk meningkatkan daya tarik masyarakat supaya mempunyai minat yang tinggi dalam pelestarian wayang kulit  Ki dhalang Tuwadi berupaya untuk menumbuhkan generasi-generasi penerus untuk bisa meneruskan kesenian tradisional yang merupakan kesenian peninggalan dari nenek moyang. Sebagai generasi penerus kita harus bisa mempertahankan dan melestarikan kebudayaan tradisional tersebut.
Masyarakat Desa Hadiluwih masih kental dengan adat gotong royong antar sesama warga, saling membantu kesusahan warga lainnya yang membutuhkan, sebagai contohnya ketika ada warga yang membongkar rumah warga masyarakat Desa Hadiluwih berduyun-duyun untuk saling membantu tanpa minta upah sedikitpun. Masyarakat Desa Hadiluwih yang hidup harmonis dengan sifat kebersamaan yang sangat kuat dan kental dengan kebudayaan Jawa yang hidup rukun berdampingan ditengah-tengah masyarakat, meskipun kebutuan dan kemauan yang mungkin berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain akan tetapi masyarakat Desa Hadiluwih tetap mengutamakan kebersamaan. Menurut penjelasan dari Bapak Maulani (wawancara pada tanggal 04 Juli 2014).

BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian di lapangan mengenai Pelestarian Nilai-nilai Budaya Melalui Pementasan Seni Wayang Kulit di Desa Hadiluwih Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitanmaka dapat disimpulkan:
1.      Perkembangan seni Wayang Kulit saat ini tidaklah sama dengan wayang masa lampau, dan wayang masa depan tidaklah sama dengan wayang masa sekarang, akan tetapi setiap perubahannya tidak mempengaruhi jati dirinya. Kesenian wayang kulit merupakan sebuah tontonan yang sangat khas sekaligus santun bagi masyarakat Indonesia umumnya dan masyarakat Desa Hadiluwih khususnya dibandingkan dengan tontonan-tontonan lain. Kesenian wayang juga memiliki tujuan untuk membangun kehidupan berbangsa dan bernegara menuju terwujudnya Negara Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan pancasila.
2.      Makna dan simbolisme dalam pementasan seni Wayang Kulit meliputi:
a)      Bentuk gunungan atau kayon
Gunungan atau kayon berasal dari Arab khayyu, yang mempunyai arti hidup, dan melambangkan bentuk kehidupan yang terdapat didalam jagad raya (dunia).
b)      Kelir, blencong, gedebog (pohon pisang)
Kelir diartikan sebagai jagad raya (dunia), blencong melambangkan cahaya matahari, dan gedebog (pohon pisang) lambang dari bumi tempat berpijak.
c)      Punakawan
Punakawan yang terdiri dari Semar, Gareng, Petruk dan Bagong berperan sebagai seorang pamong bagi para kesatria yang selalu memberi nasehat.
d)     Makna simbolisme dalam pewayangan
Cerita-cerita yang terdapat pada wayang banyak mengandung tuntunan batin bagaimana orang harus bertingkah laku karena suri tauladan yang diungkapkan pada beberapa lakon atau episode.
3.      Masyarakat Desa Hadiluwih masih melestarikan dan mempertahankan kebudayaan tradisional wayang kulit, hal ini di buktikan dengan adanya seorang dhalang dan tokoh-tokoh pengiring gamelan yang ada di Desa Hadiluwih. Sebagai generasi penerus kita harus bisa mempertahankan dan melestarikan kebudayaan tradisional tersebut. Solidaritas dan rasa saling memiliki sangat kental dan turun-temurun dari nenek moyang. Kebudayaan wayang kulit sangat dijaga oleh masyarakat Desa Hadiluwih.
B.     Implikasi
Penelitian Pelestarian Nilai-nilai Budaya Melalui Pementasan Seni Wayang Kulit di Desa Hadiluwih Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan ini mempunyai implikasi-implikasi sebagai berikut:
1.      Sebagai alternatif bahan pengajaran antropologi budaya.
2.      Sebagai tambahan referensi pembentukan jiwa cinta budaya lokal atau budaya Jawa yang adiluhung.
3.      Peningkatan kualitas penelitian budaya.
C.    Keterbatasan Penelitian
Pelaksanaan penelitian sejak tahap persiapanpenelitian sampai pada  penyusunan laporan, didapatkan berbagai macam hambatan. Berbagai hambatan tersebut antara lain:
1.      Kesulitan memperoleh literatur tentang Pelestarian Nilai-nilai Budaya Melalui Pementasan Seni Wayang Kulit.
2.      Kesulitan dalam mengumpulkan data dari informan kunci. Hal ini terjadi  karena para informan kunci yang mengetahui lebih mendalam tentang  objek penelitian telah berusia lanjut.
3.      Pengetahuan dan cara pandang informan yang terlalu sempit menyebabkatidak ada rasa percaya diri dalam memberikan informasi karena telah dihantui rasa takut. Rasa takut tersebut adalah rasa takut salah dalam bercerita dan takut  nanti ada yang  mengklaim dengan  apa yang diceritakannya.
D.    Saran
Sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan penelitian, diajukan beberapa saran, yaitu:
1.      Untuk menjaga kelestarian kesenian wayang kulit ini harus didukung oleh semua pihak.
2.      Dewan kesenian kabupaten supaya merangkul para seniman untuk mengadakan seminar-seminar tentang pewayangan yang di ikuti oleh para generasi muda agar tumbuh minat dalam diri mereka dalam kesenian tradisional wayang kulit.
3.      Perlu adanya pendokumentasian dan pengarsipan tentang Pelestarian Wayang Kulit agar keunikan dari pelaksanaannya tidak tergerus oleh pesatnya kemajuan jaman.

0 Response to "CONTOH SKRIPSI SEJARAH BAB III & V"

Post a Comment

Syarat dan Ketentuan

Dari situs http://pacitanku9.blogspot.com/ ini secara khusus, serta untuk keamanan dan kenyamanan pengguna maupun pengunjung dalam beraktivitas dan berinteraksi di situs ini, pengguna atau pengunjung tidak diperkenankan melakukan hal-hal berikut:
  • Memplagiasi konten dalam jenis apapun dengan cara apapun baik sebagian maupun keseluruhan.
  • Mempos komentar yang mengandung unsur SARA, spam, dan pornografi.
  • Mempos komentar yang menyertakan link yang mengarahkan ke halaman yang berbau SARA, spam, dan pornografi.
  • Mempos komentar yang menyertakan gambar yang berbau SARA, spam, dan pornografi.
  • Mempos komentar yang berisi materi ilegal.